kebudayaanbetawi.com

Haji tempo dulu: kisah perjalanan haji dengan kapal laut

Haji tempo dulu: kisah perjalanan haji dengan kapal laut/Foto : Documentasi LKB

kebudayaan betawi – Haji tempo dulu: kisah perjalanan haji dengan kapal laut. Ibadah haji wajib dilakukan hukumnya bagi umat islam yang mampu.

Haji Tempo Dulu keberangkatannya menggunakan kapal laut pemerintah belanda menempatkan pada Pulau Onrust salah satu kepulauan yang terletak di kepulauan seribu sampai 1939 di jadikan pusat penampungan jemaah haji berangkat ibadah menggunakan transportasi laut. Ibadah haji menjadi impian bagi setiap umat islam bagi yang mempunyai rezeki dan mendapat izin dari memenuhi syarat -syarat yang telah ditentukan perjalanan haji dari berangkat sampai pulang  ke tanah air.

Haji tempo dulu Kapal laut
Haji tempo dulu: kisah perjalanan haji dengan kapal laut/Foto : Documentasi LKB,

Haji Tempo Dulu didalam status sosial yang tinggi ketika seseorang akan menunaikannya akan diantar dengan suka cita oleh para tetangga dan kerabat. Jamaah haji yang menggunakan kapal laut dengan kapal besar diberangkatan pelabuhan 2 Tanjung Priok. Perjalanan ibadah haji pada saat itu harus dilakukan mental dan tekat yang kuat serta keuangan yang cukup. Karena perjalanan ibadah haji ditempuh berbulan – bulan.

Sosialisasi Tatacara/Foto: Documen LKB

Beberapa kegiatan yang dilakukan jemaah haji diantaranya, selama perjalanan panjang saling bantu satu dengan yang lainnya, memiliki tujuan mempererat persaudaraan di antara mereka. Di atas kapal ibadah sholat berjamaah dilakukan. Sosialisasi  tata cara ibadah haji mereka dapatkan dalam perjalanan. Para penemupang kapal semuanya bertujuan satu yaitu ibadah haji juga menjalin persaudaraan lebih akrab dan tidak mengenal tempat daerah berasal melainkan mereka adalah umat islam. Dari Indonesia yang sedang memenuhi ibadah panggilan tuhan.

Haji Tempo Dulu. Selama pelayaran dilakukan juga pemeriksaan kesehatan untuk mencegah penyakit menular. Kesehatan jamaah betul – betuĺ terjamin. Setiap waktu pemeriksaan kesehatan dan kebersihan dalam perjalanan. Orang – orang yang menderita sakit berat, di rawat di rumah sakit di atas kapal. Oleh karena itu, calon ibadah haji diutamakan kesehatan jasmani untuk melewati perjalanan yang panjang dan terjadinya pertukaran iklim. Selama perjalanan terjadi mereka calon jamaah haji yang sakit juga menemui ajalnya. Ritual dalam menjalankan ibadah sholat janazah dilakukan layaknya seorang muslim. Perbedaannya dalam selama pelayaran jenazah di lepaskan/di buang ke laut.

Antri Makan/foto: Documen LKB

Sementara untuk wanita yang hamil selama pelayaran dengan bantuan dokter dan juru rawat. Tetapi ibadah hajinya tentu terganggu dan wanita yang hamil berarti menyusahkan dirinya sendiri dan orang lain, sehingga pemerintah melarang wanita hamil untuk naik haji.

Untuk makanan di atas kapal bukan diatur berdasarkan jumlah calon jamaah haji tetapi juga mutunya agar tetap kuat dan sehat. Untuk menghadapi perjalanan yang jauh dan berat. Disamping makanan pokok ada juga makanan yang bersifat makanan ringan atau jajanan seperti kacang, permen, rokok dan sebagainya.

Tiba di Pelabuhan Djeddah

Dari Indonesia silih berganti kapal – kapal yang mengangkut ribuan jamaah. Memasuki ruangan imigrasi di Jeddah untuk pemeriksaan pasport jamaah dan surat tanda kesehatan. Dalam tibanya jamaah diharapkan agar menjaga surat – surat berharga selama perjalanan haji. Upayakan jangan sampai hilang, setiap waktu surat berharga ada di masing – masing jamaah haji.

Perwakilan masyarakat Indonesia di Jeddah menyerahkan uang saudi arabia atau real yang diberikan kepada jamaah. Uang yang didapat atau diterima dilakukan sebaik – baiknya. Setiap jamaah juga harus patuh terhadap petunjuk yang diberikan. Syekh adalah orang yang mentuntun jamaah selama berada di dalam perjalanan ibadah haji. Diantaranya penginapan, makanan dan minum.

Lokasi Asrama Haji/Foto: Documen LKB

Selama di Jeddah jamaah ditampung di asrama. Para jamaah haji yang sakit selama menjalankan ibadah mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.

“Aku menyambut panggilan engkau, aku menyambut panggilan engkau,aku menyambut panggilan engkau tiada sekutu bagi engkau. Sungguh segala puji, segala kenikmatan dan segala kerajaan bagi engkau. Tiada sekutu bagi engkau”.

Pada tahun 1970 an pelaksanaan ibadah haji  sudah bukan lagi menggunakan alat transportasi laut. Akan tetapi menggunakan transportasi udara tempat penampungan jamaah haji berpindah dari Pulau Onrust ke Gedung Utama Asrama Haji Jakarta Pusat kemudian ke Cempaka Putih dan terakhir pondok gede.

Menggunakan Pesawat Terbang Calon Haji/Foto: Documen LKB

Pelayanan kepada jamaah haji semakin lebih baik dari tahun ke tahun. Ketika tiba waktunya setelah beberapa di penampungan para jamaah haji bersiap menunaikan ibadah haji. Jasmani dan rohani yang kuat, terlihat wajah mereka yang cerah dengan tertib dan teratur. Para calon jamaah haji menuju pesawat udara  untuk terbang menuju tanah suci memenuhi panggilan Allah SWT. Para calon jamaah haji langsung ke ruang tunggu. Dimana para jamaah tersebut, diperiksa langsung oleh petugas imigrasi. Dan barang bawaan diperiksa petugas bea dan cukai bandara.

Pada saat kedatangan para jamaah haji diperiksa kesehatannya melalui balai pengobatan untuk Indonesia atau di rumah sakit arab saudi bagi jamaah yang sakit.

Yang tidak kalah penting adalah kedisiplilanan dalam beribadah. Disiplin kepada diri sendiri menjaga kesehatan untuk menghadapi suhu yang tinggi di tanah suci bukan tidak mungkin dapat mengganggu kesehatan jamaah. Berserah diri kepada Allah adalah obat paling mujarab dalam menghadapi tantangan selama ibadah haji.

Demikianlah perjalanan Haji tempo dulu: kisah perjalanan haji dengan kapal laut untuk lebih detail silahkan

mengunjungi film nya dengan cara klik pada gambar di sebelah ini   

[Ahmad Baihaki]

Exit mobile version