kebudayaanbetawi.com

Musik Gambus Dan Musik Rebana

Musik Gambus, foto dokumentasi Lembaga Kebudayaan Betawi

kebudayaan betawi – Musik Gambus Dan Musik Rebana. Musik Betawi yang berasal dari Timur Tengah adalah musik gambus dan musik rebana. Pada acara-acara tertentu, misalnya untuk memeriahkan pesta perkawinan, musik gambus digunakan untuk mengiringi tari zafin, yakni tari pergaulan yang umumnya hanya dilakukan oleh kaum pria saja. Tetapi saat ini sudah mulai ada yang mengembangkannya menjadi tari pertunjukan dengan mengikutsertakan para penari wanita. Salah satu kegemaran warga Betawi adalah musik gambus, serta musik Melayu, dan kini musik dangdut. Salah satu Group Gambus besar yang saat ini masih bertahan adalah Group Arrominia Pimpinan H. Ahmad Supandi

Di samping musik gambus, musik Betawi yang menunjukkan adanya pengaruh dari daerah Timur Tengah dan bernafaskan agama Islam adalah berbagai jenis musik rebana. Sumber syair yang dibawakannya dan latar belakang sosial pendukungnya rebana Betawi terdiri dari bermacam-macam jenis dan nama, seperti rebana ketimpring, rebana ngarak, rebana maulid, rebana dor dan rebana biang. Sebutan rebana ketimpring mungkin karena adanya tiga pasang kerincingan yakni semacam kecrek yang dipasang pada badan  rebana yang terbuat dari kayu.

umumnya rebana Ketimpring digunakan untuk memeriahkan arak-arakan, misalnya mengarak pengantin pria menuju rumah mempelai wanita biasanya disebut rebana ngarak, memang belakangan ada yang menggunakan rebana hadroh, marawis untuk itu. Syair-syair yang dinyanyikan selama arak-arakan antara lain umumnya diambil dari kitab Diba atau Diwan Hadroh.

ada juga jenis rebana yang digunakan untuk mengiringi perayaan – perayaan keluarga seperti kelahiran, khitanan, perkawinan dan sebagainya, disebut rebana maulid. Telah menjadi kebiasaan di kalangan orang Betawi yang taat kepada agamanya untuk membacakan syair yang menuturkan riwayat Nabi Besar Muhammad SAW. sebagai acara utamanya yang sering kali diiringi rebana maulid. Syair-syair pujian yang biasa disebut Barjanji, karena diambil dari kitab Syaraful Anam karya Syeikh Barzanji.

Rebana dor biasa digunakan mengiringi lagu lagu atau yalil seperti Shikah, Resdu, Yaman Huzas dan sebagainya.

Rebana kasidah (qosidah) seperti keadaannya dewasa ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari rebana dor. Lirik lirik lagu yang dinyanyikannya tidak terbatas pada lirik-lirik berbahasa Arab, melainkan banyak pula yang berbahasa Indonesia. Berlainan dengan jenis jenis rebana lainnya, pada rebana qasidah dewasa ini sudah lazim kaum wanita berperan aktif, baik sebagai penabuh maupun sebagai pembawa vokal. Dengan demikian rebana kasidah lebih menarik dan sangat populer. sekarang ini malah sudah saat terkoordinir dengan berdirinya Lembaga Seni dan Qasidah Indonesia (LASQI).

Rebana Biang
Rebana Biang, Foto dokumentasi Lembaga Kebudayaan Betawi

musik rebana biang di samping untuk membawakan lagu berirama cepat tanpa tarian yang disebut lagu-lagu zikir, umumnya digunakan untuk mengiringi tari belenggo. Sebagaimana umumnya tarian rakyat, tari belenggo tidak memiliki pola tetap. Gerak tarinya tergantung dari perbendaharaan gerak-gerak silat yang dimiliki penari bersangkutan. Biasanya tari belenggo dilakukan oleh anggota grup rebana biang sendiri secara bergantian. dewasa ini sudah berkembang menjadi tari pertunjukan dengan berpola tetap. Di samping itu musik rebana biang biasa digunakan sebagai pengiring topeng blantek yaitu salah satu teater rakyat Betawi yang hidup di daerah pinggiran Jakarta bagian Selatan.

Exit mobile version