kebudayaanbetawi.com Babak baru terjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Betawi telah selesai dilaksanakan. Penerjemahan yang dilakukan pada babak ini dimulai dari juz 16 sampai pada juz 30. Puslitbang Lektur Kemenag bekerja sama dengan Pusat Studi Betawi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam penyusunan Al-Quran dengan terjemahan Bahasa Betawi ini. Proyek ini juga menggandeng beberapa tokoh kebetawian di antaranya berasal dari Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB).
Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI mencatat bahwa Al-Quran sudah diterjemahkan ke dalam 28 bahasa daerah. Pada tahun ini, telah dilakukan proses penerjemahan Al-Quran ke dalam empat bahasa daerah yaitu Ternate, Dayak Ngaju, Kupang dan Betawi.
Dalam penuturan Bang H. Yusron Syarief, Ketua Bidang Komunikasi LKB yang mewakili Bang H. Beky Mardani, Ketua Umum LKB pada Pembahasan Hasil Penerjemahan Al-Quran Bahasa Betawi di Swiss-Belhotel Pondok Indah Jakarta tanggal 23 November 2024, bahasa Betawi yang digunakan untuk menerjemahkan Al-Quran adalah bahasa Betawi Tengah. “Dalam penerjemahan Al-Quran, memang berdasarkan kesepakatan bahwa bahasa yang digunakan Betawi Tengah tapi tidak menutup kemungkinan bahasa Betawi pinggir bisa digunakan, selama selaras dan tidak mengurangi kaedah maksud dari arti yang dituangkan,” ujarnya.
Sementara itu, pada hari sebelumnya yaitu tanggal 22 November 2024, Kepala BMBPSDM, Suyitno menyatakan bahwa penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Betawi ini banyak dipengaruhi bahasa Arab dan Cina yang sudah terserap ke dalam kosakata bahasa Betawi. Misalnya, kata ane dan ente (bahasa Arab), dan elu dan gua (bahasa Cina).
Pemilihan bahasa Betawi Tengah dilakukan dengan pertimbangan bahwa bahasa Betawi Tengah dianggap relatif lebih sopan dan belum banyak tercampur dengan bahasa daerah lain yang bersebelahan dengan wilayah Betawi. Hal ini di dikemukakan oleh Ketua Pusat Studi Betawi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Yani Setelah melalui diskusi, dipilihlah bahasa Betawi tengah yang relatif dianggap lebih sopan. “Salah satu pertimbangannya, bahasa Betawi pinggir banyak bercampur dengan bahasa daerah yang bersebelahan dengan wilayah Betawi,” tutur Yani.
Beberapa latar belakang penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Betawi di antaranya adalah, pertama, banyaknya masyarakat yang menggunakan bahasa Betawi dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, banyak kosakata bahasa Betawi yang terancam punah bahkan sudah menghilang dan tidak dikenal lagi oleh generasi muda, sehingga penyusunan Al-Quran terjemahan bahasa Betawi dapat memperkenalkan kembali kosakata-kosakata tersebut. Ketiga, karena sebagian besar etnis Betawi beragama Islam dan kitab sucinya Al-Qur’an sehingga memudahkan masyarakat Betawi untuk memahaminya dan mendorong masyarakat untuk mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari. (Anis)