kebudayaan betawi – Prosesi Buka Palang Pintu Betawi. tradisi Buka palang pintu merupakan bagian penting dalam prosesi perkawinan etnis Betawi, yang mana diawali oleh kedatangan rombongan mempelai pria ke rumah mempelai wanita guna melakukan akad nikah.
Uniknya, sang mempelai pria tak bisa langsung melangsungkan akad karena harus melawati buka palang pintu terlebih dahulu. Dalam bahasa Betawi, palang diartikan sebagai penghalang supaya orang lain atau sesuatu bisa lewat, dan pintu ialah tempat untuk masuk.
“Kegiatan ini terjadi ketika iring-iringan ‘tuan raja mude‘ (panggilan untuk pengantian pria) pada sore hari hendak masuk ke rumah ‘tuan putri‘ (pengantin perempuan). Ketika hendak memasuki rumah, rombongan dicegat wakil tuan rumah. Menghadapi hadangan ini, rombongan pengantin pria kagak mau kalah tetap bekutet,” ujar Alwi.
Supaya dapat masuk ke rumah untuk menjalankan prosesi akad nikah, kedua bela pihak membawa masing-masing tukang pantun dan jagoan silat alias jawara di kampungnya. Bagaimana tidak, sepanjang tradisi buka palang pintu, kedua belah pihak diharuskan saling balas-membalas pantun. Bahkan, tak jarang dari berbalas pantun, warga yang yang menyaksikan palang pintu ikut larut dalam kejenakaan aksi balas pantun.
Biasanya, sebagai syarat untuk dapat membuka palang pintu, mempelai pria minimal harus pandai mengaji, dan jago silat. Pembuktian itu tak hanya terlihat dari jual-beli serangan saat berduel, pun lewat saling berbalas pantun.
“kalau abang mau melamar harus bisa penuhi syaratnya. Ibarat kata bang: Buah atep buah kenari, burung kutilang di puhun kemboje, kala abang belum mantep kemari, mendingan pulang aje.”
Tak heran, mendengar jawaban tersebut, juru pantun mempelai pria kemudian ikut terbakar amarah dan buru-buru membalas: “beli areng ke Sukabumi, pohon jambu aye kebonan, udeh terlanjur datang kemari, biar kate jadi abu aye lakonin.”
Setelah itu, syarat pertama yakni jago silat mulai dilakonkan. Setali dengan itu, jawara dari masing-masing mempelai unjuk kebolehan sehingga duel tak terhindarkan. Tentu saja yang harus menang ialah jawara dari mempelai pria. Lazimnya lewat dua sampai tiga jurus, pihak mempelai wanita mengatakan: “cukup, cukup.”
[Rudy_Albdr]