LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian3)

LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian3)

Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi

LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian3) – Telah empat puluh hari empat puluh malam Prabu Kalimantara dan Dewi Syadatwati di peraduan. Keduanya tak juga keluar keluar. Tak seorang pun berani masuk membangunkan keduanya.

Datanglah Batara Narada ke Cempaka Wadara. la menanyakan Dewi Syadatwati. Karena sang dewi dan sang raja tak juga keluar maka Batara Narada menitahkan Dewi Suragani memeriksa. Ternyata saat kelambu dibuka Prabu Kalimantara dan Dewi Syadatwati telah gaib. Keduanya menjelma menjadi sepucuk surat. Prabu Kalimantara yang menjadi kertasnya, Dewi Syadatwati menjadi tulisannya.

Surat itu diambil Batara Narada, namun ia tak mampu membaca tulisannya. Lalu Narada membawa surat itu ke kayangan. Ternyata Batara Guru pun tak mampu membaca tulisan surat itu.

Batara Guru menitahkan agar surat itu dijadikan jimat dan diserahkan pada Kemunyusu. Oleh Kemunyusu surat itu dibawa ke Cempaka Wadara. Lalu berperanglah ia melawan orang-orang Cempaka Wadara. Saat ia berhadapan dengan Dewi Suragani, Kemunyusu terdesak. Lalu ia mengeluarkan suratnya dan mengibaskannya.

Seketika itu juga, Dewi Suragani menjerit, tubuhnya hancur. Lalu serpihan serpihan tubuhnya lenyap berganti dengan sebuah payung.

Melihat hal itu Patih Tunggul Naga segera menyerang. Seperti juga Dewi Suragani, setelah dikibas dengan surat, patih itu hilang, tubuhnya berganti dengan sehelai amplop.

Sedangkan Tumenggung Bermadaging setelah dikibas berubah menjadi busur. Bupati Kerawalang, Maya Dadali dan Ruda Dadali berturut-turut berubah menjadi anak panah.

Surat, amplop, payung, busur dan tiga anak panah itu menjadi pusaka Kemunyusu. la lalu membebaskan Sekutrem yang terbelenggu panah rantai di Gunung Indrakila.

Kini bertahtalah Kemunyusu di Cempaka Wadara dengan Dewi Maliwati sebagai permaisuri. Kemudian Kemunyusu mengganti nama Cempaka Wadara menjadi Saputra Angga. Kemunyusu memperluas kerajaan itu hingga menjadi lebih besar.

Tersebutlah Maharaja Kunta Dewa yang gagah berani la memiliki seorang putri bernama Putri Mayasari. Banyak yang sudah meminangnya, namun tak satupun yang diterima. Kunta Dewa menginginkan seorang menantu yang lebih sakti dari dirinya.

LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian3). Bertemulah Kunta Dewa dengan Kemunyusu. Keduanya bertarung. Kunta Dewa kalah, maka Putri Mayasari dinikahkan dengan Sekutrem.

Kini Sekutrem dianggap telah cukup dewasa. Maka Kemunyusu dan Dewi Maliwati pun menyerahkan tahta kepada putranya itu. Sedangkan Kemunyusu dan istrinya bertapa menjadi begawan di gunung Kali Serang.

Setelah tiba waktunya, Begawan Kemunyusu dan istrinya pun gaib. Keduanya kembali ke asalnya di kayangan Gunung Kali Sarang pun diganti namanya menjadi gunung Gajawiyah.

Sementara itu Putri Mayasari telah dua kali melahirkan. Dua-duanya anak laki-laki. Yang tertua dinamakan Sangkar. Sedang si bungsu bernama Sangkari. Kedua anak itu telah memperlihatkan keluhuran budi dan pekerti mereka sejak masih kanak-kanak

Setelah Sangkar dan Sangkari cukup umur, keduanya dikirim berguru pada Begawan Parasu di Gunung Malikesna. Di sana mereka belajar beragam ilmu dan kemahiran berperang, Semar dan Garubug menyertai Sangkar dan Sangkari di gunung itu.

Sementara itu, sebelum Kemunyusu kembali ke asal di kayangan, Prabu Parikenan dan Dewi Maya Siti telah mendahului. Keduanyapun sebelum itu bertapa di gunung Kali Sarang. (Bersambung Bagian 4)

Check Also

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 10)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *