Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 6 (Ayam Bertelur Emas) – Naskah karya Muhammad Bakir yang ditulis pada masa akhir abad-19 pada part 6 ini berjudul “Ayam Bertelur Emas”. Kata shohibul hikayat, di tepi pinggir hutan tinggallah seorang nenek tua yang miskin, nenek Pulanti namanya. Nenek ini setiap hari kerjaan nya pergi ke hutan untuk memunguti ranting ranting yang sudah kering. Ranting ranting itu akan dijual di pasar dan hasilnya yang secukupnya itu dipakai untuk makan dan kehidupan sehari-hari.
Dengan kemiskinan nya itu, nenek Pulanti terkadang merenung dan ingin sekali merasakan bagaimana hidup yang senang dan berkecukupan. Ia membayangkan makanan yang enak dan berlimpah tentunya. Dan tentu saja nenek Pulanti juga ingin berbusana yang indah dan mewah. Dalam bayangannya, ia tinggal di sebuah rumah yang sangat mewah dan megah. Singkat cerita, nenek Pulanti berjumpa dengan seorang Mualim. Mualim ini bernama Mustahaq. Mualim ini mendengar cerita dari nenek Pulanti perihal hidupnya yang susah dan miskin.
“Ini kebetulan aku membawa ayam betina dan ayam ini aku hibahkan kepadamu dan nanti perihalah ayam ini baik-baik. Ia akan bertelur sebulan kemudian. Dan harus kamu ingat, memang ayam ini akan bertelur dalam sebulan hanya satu kali. Nah, segeralah kau terima dan kau rawat sambil kau berusaha seperti biasa mencari kayu bayar yang selama ini kau jual.” ujar Mualim Mustahaq itu.
Nenek Pulanti berterima kasih kepada Mualim Mustahaq itu dan pulanglah ia dengan membawa ayam betina itu. Ayam itu dirawat dengan sungguh sungguh dengan suka hati dan tentu saja ketika sudah sebulan, ayam itu bertelur.
Nenek Pulanti terkejut dikarenakan warna telur ayam hasil pemberian dari Mualim Mustahaq itu berwarna kuning emas tidak seperti biasanya.
Dan ia perhatikan, seperti rasanya bukan meraba telur. Tetapi seperti meraba sesuatu yang keras. Dan memang ia meyakini apa yang dia dapati dari telurnya itu adalah telur emas. Tetapi tentu saja, ia masih belum meyakini apa yang ia lihat.
Singkat cerita, maka nenek Pulanti berpikir alangkah bagusnya kalau telur ayam emas ini akan ku bawa kepada ahli seorang sudagar yang menjual emas dan permata. Maka berangkatlah nenek Pulanti kerumah saudagar penjual emas, sampailah ia kerumah saudagar penjual emas itu.
“Tok..tok tok.. assalamualaikum warrahmatullah, tuan saudagar..” sapa nenek Pulanti.
“Waalaikumsalam…” sahut tuan saudagar penjual emas.
Ternyata saudagar segera membuka pintu kepada nenek Pulanti. Dan segeralah nenek Pulanti menyampaikan apa maksudnya.
“Tuan saudagar penjual emas, aku ingin meminta tolong kepadamu. Lihatlah aku mempunyai telur berwarna kuning emas. Apakah telur ku ini benar benar emas? Ini aku serahkan kepada mu agar tuan dapat memeriksanya.” pinta si nenek.
Tuan itu menerima telur nenek Pulanti. Dan memang, setelah diperiksa berkali kali, ternyata telur itu emmang emas.
“Wahai nenek, ini memang betul betul telur emas… ” ujar tuan saudagar.
“Ooh terimakasih tuan, kalau sekiranya ini memang telur emas sudilah tuan membeli telur aku ini. Aku orang miskin tuan, aku ingin makan yang enak, aku ingin punya rumah yang mewah, dan ingin berkapaian yang bagus.”
Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 6 (Ayam Bertelur Emas) – Maka singkat cerita, tentu saja saudagar emas ini membeli telur emas dengan harga yang sesuai pada saat itu.
Tidak kurang-kurang, berterima kasih nenek Pulanti kepada saudagar penjual emas itu.
“Terimakasih tuan.. ini aku mendapatkan uang yang cukup banyak untuk hidup ku. Terimakasih tuan sekali lagi aku ucapkan. Nanti di kemudian hari aku akan kembali dengan membawa telur emas yang dikeluarkan oleh ayam peliharaan ku yang ada di rumah.” ucap tanda terimakasih si nenek.
“Baik, aku akan menunggu nya.”
Maka segeralah nenek Pulanti membawa uangnya ke pasar dan belanja apa yang ia inginkan. Makanan makanan yang enak, pakaian yang bagus dan juga termasuk perhiasan. Dan ia juga segera memperbaiki rumahnya dari uang yang dihasilkan dari menjual telur kuning emas itu.
Singkat cerita, hari berlalu hari berjalan nenek Pulanti sudah menjelani hidup yang senang karena mempunyai uang yang berlimpah.
Tapi hidup dengan keberlimpahan itu yang dialami oleh nenek Pulanti berjalan tidak cukup lama, hanya sekitar 23 hari. Dan akhirnya setelah itu ia sudah tidak punya apa-apa lagi.
Maka segala yang ia pakai, ia jual. Bahkan termasuk rumahnya ia jual. Tetapi sebetulnya ia masih memiliki ayam yang diberi oleh Mualim Mustahaq dan ia melihat kandang ayam itu dan berpikir,
“Ayam ku ini kenapa hanya bertelur sebulan sekali?? Membuat aku tidak bahagia!” kata nenek Pulanti
Apa yang dipikirkan oleh nenek Pulanti terhadap ayam itu.
“Oohh jadi aku paham sekarang.. Hei ayam, begini saja. Aku kecewa kepadamu. Kenapa kamu bertelur hanya sebulan sekali??” nenek piranti berkata dalam hati.
Maka diambilah ayam itu dan ditimang-timang nya lalu berpikir.
“Ohh ayam.. Kamu hanya bertelur sebulan sekali dan elur mu bertelur emas. Baiklah aku tau rahasia mu, kalau aku potong dan aku belek isi perutmu niscaya aku akan mendapatkan telur yang kamu simpan di dalam perut mu. Dan aku akan kaya raya dengan telur emas mu itu.” Seraya berkata, ia dengan segera dipotong ayam itu dan dibelek perutnya.
Tapi apa yang didapatkan nenek, ayam itu sebagaimana ayam pada umumnya. Dan nenek Pulanti tidak mendapat sebutir pun telur ayam emas itu. Tentu saja nenek Pulanti sangat kecewa. Maka nenek Pulanti kembali menjadi miskin sebagaima ia dulu. Bahkan kini ia semakin miskin karena tidak ada orang yang ingin menolongnya sebab rasa congkak dan serakahnya.
Maka seperti biasa, hidup seperti masa lalunya, ia mencari ranting ranting kering di hutan dan ia kumpulkan lalu dijual untuk sekedar mendapatkan makan dari hasil jualannya.
Pada suatu hari, nenek Pulanti ini bertemu kembali dengan sang mualim mustahaq. Dan sang Mualim tentu saja terkejut.
“Hai.. nenek Pulanti. Kenapa engkau masih hidup susah seperti jaman dahulu? Sama seperti sebelum aku memberikan ayamku kepadamu?? Dan aku ingin tahu, kau apakan ayam yang aku berikan kepadamu?” tanya mualim mustahaq.
Dengan menduduk, nenek purangti berucap..
“Wahai tuan ajar tuan mualim, ayam yang tuan berikan kepada ku itu, aku potong tuan..”
“Kenapa kamu potong??!!”
“Karena aku ingin mendapatkan telur telur emas yang ada di dalam perut ayam itu.. ” jawab nenek Pulanti.
“Hmm, aku paham sekarang.. rupanya engkau memang seorang nenek miskin yang tamak. Andai saja kau bisa bersabar, sebutir telur emas yang ditelurkan oleh ayam yang kuberikan kepadamu itu sebulan sekali, niscaya kamu tidak akan kekurangan apa pun. Kamu menjadi makmur!! Hmm… nenek Pulanti, sungguh engkau adalah seorang manusia yang bertidak terima kasih atas pemberian orang yang mempercayai kamu. Kamu tidak memelihara amanah yang akan aku percayakan kepadamu.”
Baca Selanjutnya: Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 7
Pembaca naskah: Yahya Andi Saputra (Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi).
Kunjungi Podcast Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB): https://open.spotify.com/episode/4MxTNoRoLZtlOi6k6iogqY
Pencarian Berdasarkan Kata KunciDongeng ayam betina dan nenek