Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi
LAKON RAJUNA/ARJUNA BERULAH (Tamat) – Muhammad Bakir aktif menulis atau menyalin karya sastra antara 1884-1906, menghasilkan tidak kurang 14 manuskrip hikayat bertema wayang. Lakon Rajuna yang diturunkan di web LKB ini salah satu dari itu. Manuskrip ini hasil transkrip dari naskah Hikayat Wayang Arjuna. Selamat menikmati kisah Arjuna.
Peristiwa kehamilan itu sangat menyedihkan, baik di kalangan manusia, hewan, ataupun para batara. Oleh karena itu, Batara Narada mohon kepada hatara Guru agar Rajuna dihidupkan kembali untuk mengatasi kehamilan itu.
Diceritakan bahwa Batara Surya juga hamil. Ia mohon pertolongan dan bantuan kepada Lurah Semar agar hamilnya itu hilang. Lurah Semar bersedia menolong menyembuhkan hamilnya Batara Surya dengan memberikan air sumur yang telah dibuatnya itu untuk dininum. Setelah Batara Surya lepas dari kehamilannya itu, Lurah. Semar berpesan kepadanya agar hal itu jangan diceritakan kepada siapa pun juga.
Batara Bayu melihat Batara Surya telah bebas dari kehamilannya, ia bertanya kepada Batara Surya bagaimana caranya memperoleh obat itu. Batara Surya diam seribu basa, tidak mau memberi tahu. Akhirnya, Batara Bayu pergi ke negeri Ngamarta untuk mencari obat. Ketika ia berjalan, dilihatnya sumur di belakang keraton. Oleh karena merasa haus, ia minum air sumur itu. Setelah minum, ia terkejut karena hamilnya itu telah hilang.
Rahasia khasiat air sumur itu sampai ke telinga keluarga Kurawa dan Pendeta Dorna yang juga menderita kehaliman karena minum air empang terbunulunya Mereka berunding agar memperoleh air sumur yang berkhasiat itu sebagai obatnya. Dengan demikian, mereka sepakat untuk membebaskan Adipati Rajuna. Karna, Raden Wirasa Sena, dan Ki Banda Keling dari penjara agar ketiga orang itu dapat diutus ke negeri Ngamarta meminta air sumur yang berkhasiat itu. Di samping ketiga utusan itu, para raja dan para batara juga datang ke negeri Ngamarta untuk minta air sumur itu. mengizinkan air sumur itu diberikan kepada sembarang orang, kecuali diberikan Akan tetapi, Lurah Semar tidak hanya kepada keluarga Pandawa. Oleh karena itu, mereka yang dikecewakan mengadakan perlawanan terhadap Lurah Semar.
Ketiga utusan dari Ngastina Adipati Karna, Raden Wirasa Sena, dan Ki Banda Keling sampai di negeri Ngamarta terus menghadap Ki Darma Aji memohon air sumur yang berkhasiat. Ki Darma Aji menjelaskan kepada ketiga utusan itu agar permintaan air sumur itu langsung kepada Lurah Semar. Akan tetapi, Lurah Semar menolak permintaan ketiga utusan itu karena air sumur yang berkhasiat itu khusus untuk orang Pandawa. Karena ketiga utusan itu berasal dari keluarga Pandawa, mereka diperbolehkan minum air sumur itu sepuas-puasnya. Setelah ketiga orang itu mendengarkan nasihat Lurah Semar dan Ki Darma Aji, mereka sepakat untuk membantu pihak Pandawa dalam menghadapi segala musuh yang ingin merebut air sumur yang berkhasiat itu.
Setelah beberapa lamanya ketiga utusan dari Ratu Ngastina tidak juga kembali, Pendeta Dorna mengutus Bambang Swatama agar menyusul mereka ke negeri Ngamarta. Sementara itu, Raja Kurawa beserta istrinya dengan diam-diam pergi ke negeri Ngamarta hendak mencari air sumur kesaktian.
LAKON RAJUNA/ARJUNA BERULAH (Tamat). Kepergian Ratu Kurawa dan permaisurinya itu telah diketahui Pendeta Dorna.Oleh karena itu, Pendeta Dorna bersama rakyat Ngastina segera berangkat, menyusul ke negeri Ngamarta. Pendeta Doma memaksa Lurah Semar untuk memberikan air sumur kesaktian itu. Akan tetapi, Lurah Semar menolaknya sehingga terjadi pertempuran yang sengit. Diceritakan keempat satria penjelmaan Rajuna (Sukma Rasa, Sukma Warna, Sukma Macan, dan Sukma Jenis) di Suralaya turun ke dunia bersatu kembali dengan tubuh Rajuna. Akibatnya, para bidadari itu kehilangan cinta kasih sayang dari Rajuna. Oleh karena itu, para bidadari turun ke dunia menuju negeri Ngamarta mencari Rajuna sampai di alun-alun, tempat Rajuna dibunuh. Di tempat itu, empat puluh bidadari mengucapkan nadarnya agar Rajuna itu hidup kembali. Dengan adanya ucapan para bidadari itu, seketika Rajuna hidup kembali dan menjelma sebagai Dipati Dandanjali, Dipati Suralap, Pangeran Janarka. Bambang Janawi, dan Jalantri. Kelima penjelmaan Rajuna itu bersama para bidadari kembali ke Suralaya.
Batara Raksaning Jagat mengetahui bahwa kerusuhan yang terjadi di negeri Ngamarta itu karena ulah Rajuna. Oleh karena itu, Rajuna dicari agar mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Akhimya kelima orang penjelmaan Rajuna diketemukan dan mereka diperintihkan agar dapat meredakan kerusuhan di negeri Ngamarta dengan dibekali sebuah anak panah setiap orang satria.
Setelah Lurah Semar mengetahui bahwa air sumur yang berkhasiat itu menjadi rebutan orang, ia sangat marah dan mengumpat sambil meludahi air sumur itu. Sekonyong-konyong air sumur itu melimpah keluar dan orang-orang menyempatkan berebut untuk meminumnya. Akan tetapi, air sumur itu telah hilang khasiatnya.
LAKON RAJUNA/ARJUNA BERULAH (Tamat). Kelima orang satria itu berhasil menyembuhkan semua orang yang menderita kehamilan dengan cara memanah mereka, antara lain, Prabu Jenggala, Raja Astina, Pendeta Dorna, Patih Lisanapura, Raden Samba, Citrayuda, dan raja-raja yang lain. Setelah mereka sembuh, lalu berkumpul di istana Ngamarta. (Tamat) (Ulang Bagian 1)