Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 8 (Kumala Mustika Naga) –Naskah karya Muhammad Bakir yang ditulis pada masa akhir abad-19 pada part 8 ini berjudul “Kumala Mustika Naga”. Tersebutlah seorang kaya yang bernama Damdani. Ia memiliki seorang anak lelaki tunggal semata wayang yang sangat ia sayang, Tansif namanya. Teramat sangat tampan rupa Tansif, hingga tak hanya perempuan bangsa manusia saja yang tertarik padanya. Perempuan dari bangsa jin, siluman, mambang, peri, dewa-dewa, bahkan hewan sekalipun tertarik dengan ketampanan seorang Tansif.
Suatu hari, Damdani dan Tansif pergi berburu karena memang Damdani suka berburu. Keduanya diiringi laskar yang besar. Karena sebagai seorang jutawan atau konglomerat, Damdani memperkerjakan laskar untuk menjaga asetnya yang ada dimana-mana. Dalam perjalanan nya berburu ke hutan tempat biasa mereka berburu, tanpa disadari bahaya mengancam mereka. Ratu Harimau telah lama menunggu kesempatan itu, karena Ratu Harimau ingat betul ketika Damdani pergi berburu. Ketika melewati belukar yang rimbun, sang Ratu menyergap dan melarikan Tansif. Damdani berteriak-teriak marah, laskar mengejar dan membidik senapan mereka. Namun, tidak seorang pun dari pasukan laskar itu berani menembak, karena jika mereka menembak khawatir peluru justru akan mengenai Tansif.
Ratu Harimau terus berlari membawa Tansif. Damdani dan laskar nya terus mengejar, dan pada saat itu ada Putri Garuda melihat Ratu Harimau yang sedang melarikan Tansif. Dan Putri Garuda segera menyambar Tansif dan berusaha merebutnya dari cengkraman Ratu Harimau. Damdani dan laskarnya bercerai berai mengikuti Putri Garuda yang terbang tinggi.
Damdani yang gigih terus mengejar dan dalam pengejarannya itu, sampailah ia di pantai dan segeralah mengumpulkan bambu untuk membuat rakit. Putri Garuda terus terbang tinggi di atas laut, dan konon pada saat itu Ratu Naga Laut melihat Tansif yang dicengkram oleh Ratu Garuda.
Sang Ratu melompat keluar dari permukaan air, dan dengan ekornya yang panjang ia menghantam Putri Garuda. Kaget karena hantaman itu, Tansif terlepas dari cengkraman Putri Garuda dan Ratu Naga Laut segera menangkap dan menelan Tansif.
Kata hikayat, Tansif tertelan dan masuk kedalam tenggorokan si Ratu Naga, ia terguling-guling masuk ke dalam perut makhluk laut itu dan dalam kegelapan Tansif hanya bisa meraba-raba dan merangkak-rangkak. Kata hikayat, jauh di dasar perut naga tampak sesuatu yang bercahaya, Tansif pun melihat cahaya itu dan merayap menuju ke arah cahaya itu. Dan ternyata, benda itu adalah Kumala Mustika Naga. Tanpa ragu, Tansif mengambil mustika itu. Saat diambil dan dipegang, berpendaran lah cahaya menerangi rongga perut naga itu.
Sementara, Damdani yang mencoba mengejar Putri Garuda dengan rakit hulu nya kehilangan jejak karena tentu saja antara terbangnya Putri Garuda dan kayuhan rakitnya tidak seimbang. Damdani pun nyaris putus asa, ia mengayuh rakitnya tanpa arah. Pada saat itu, Ratu Naga Laut melihat nya dan langsung menghajarnya dengan ekornya yang panjang itu, dan menelan Damdani.
Pada saat itu Tansif terkejut karena tubuhnya dijatuhi bambu lalu dari arah tenggorokan, tampak damdani tergelincir masuk. Bukan alang kepalang suka citanya, Tansif melihat ayahnya juga tergelincir masuk ke dalam perut Ratu Naga Laut. Berpelukan lah mereka, kemudian berkata lah Tansif.
“Lihat ayah, apa yang aku temukan di dalam perut Ratu Naga Laut ini!!”
“Astaga.. itu Kumala Mustika Naga, anakku!! Kau tahu anakku, apa khasiat kumala ini??” sahut Damdani takjub
“Hmm.. adakah khasiat lain selain ia bercahaya yang terang benderang, Ayahanda?” tanya Tansif.
“Tentu anakku. Pertama kalau kau simpan di dalam sakumu, kau tidak akan merasa haus dan lapar. Kedua kalau kau letakkan di kepalamu, kau akan memahami segala bahasa di dunia. Ketiga, kalau kau meletakkan di depan mata mu, kau akan dapat melihat apa saja yang jauh dan segala yang kecil pun.” papar Damdani.
“Tapi ayah, kita sekarang masih ada di dalam perut Ratu Naga Laut. Bagaimana kita bisa keluar dari sini ayahanda?” tanya Tansif.
“Kita tunggu saja anakku, kita tunggu saja di dada Ratu Naga Laut ini. Biasanya setiap 7 hari naga harus menyemburkan air dari paru parunya. Nah, mudah-mudahan kita akan terbawa semburan air dari perut naga ini.”
Maka kata hikayat pada hari ke 7, Damdani dan Tansif bersiap di dada sang naga. Saat naga menyemburkan air dari paru-parunya, maka terlontarlah keduanya bersamaan dengan air itu. Mereka terlontar sangat jauh sampai ke tepi pantai.
Damdani dan Tansif pun bangkit dengan tubuh yang terasa lunglau dan remuk. Keduanya memandang berkelilingan sekitar itu dan mereka tidak tahu arah mana utara, selatan, timur, dan barat. Anak dan ayah itu berjalan mencari kampung, namun sampai hari senja keduanya tidak menjumpai apa pun selain hutan belantara. Dan tiba-tiba..
“Ayah.. lihat ayah.. ada seekor burung merak. Itu lihatlah!!” kata Tansif.
“Coba kau tanya dia, anakku.. dimana kita bisa menemukan sebuah kampung.” perintah Damdani.
Tansif pun menghampiri merak itu dan berbicara kepadanya menggunakan khasiat kumala, dan menurut merak tempat itu sangat jauh dan terpencil. Tak ada negara dan kampung di pulau yang ia tempati ini.
“Tapi aku bisa membawa kalian terbang ke negeri kalian..” ujar merak.
“Kalau demikian, tolong lah kami wahai merak..” pinta Tansif.
“Ooo tentu saja.. aku bisa menolong kalian. Tapi asal ada imbalan nya..” ucap merak.
“Imbalan apa yang kau inginkan wahai merak?” tanya tansif.
“Kumala Mustika Naga yang ada padamu itu, wahai anak muda yang tampan.” jawab merak.
“Kenapa kau meminta Kumala Mustika Naga ini wahai merak?” jawab Tansif dengan terkejut.
“Itu terserah padaku. Yaa.. kalau kau tidak mau pun tidak apa-apa, itu terserah padamu saja. Apakah kau mau hidup sengsara di pulau yang tidak berpenghuni ini atau kau mau hidup senang di rumah mu yang mewah dan megah itu?” ucap merak.
Maka, Tansif berkata pada ayahnya.
“Ayah, ini persyaratan yang diminta oleh merak. Akankah kita kabulkan?”
Maka bersepakatlah Tansif dan Damdani memberikan Kumala Mustika Naga itu kepada burung merak.
Menyetujui persyaratan itu, maka diterbangkanlah mereka berdua menuju negeri nya dan sampai lah kerumahnya yang megah. Dan diserahkan nya lah Kumala Mustika Naga itu kepada merak, dan pergilah merak sambil berkicau riang gembira.
Kata hikayat, Tansif amat menyesali keputusannya untuk menyerahkan Kumala Mustika Naga itu. Pikirnya, ia dan ayahnya selamat karena khasiat mustika itu.
Tansif menjadi murung.
“Sudah lah anakku, jangan kau pikirkan lagi Kumala Mustika Naga itu lagi.” hibur ayahnya.
“Tapi ayah, kita selamat juga berkat mustika naga itu. Mungkin kalau kita masih memilikinya, kita bisa berbuat lebih banyak lagi ayah.” ucap Tansif.
“Tidak anakku, bukan kumala itu yang menyelematkan kita. Juga tidak ada yang menahan kita untuk berbuat banyak saat ini. Segala sesuatu yang terjadi hanya atas izin Sang Maha Cipta, Tuhan Semesta Alam, Allah SWT.”
Tansif mengangguk dan memahami apa yang diucapkan oleh ayahandanya.
Baca Selanjutnya: Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 1 (Kambing Istimewa Penghasil 40x Lipat Susu)
Pembaca naskah: Yahya Andi Saputra (Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi).
Kunjungi Podcast Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB):
Pencarian Berdasarkan Kata Kuncihttps://www kebudayaanbetawi com/tag/kumala-mustika-naga/,https://www kebudayaanbetawi com/4200/hikayat-1000-dongeng-hikayat-raja-uswanda-part-8-kumala-mustika-naga/