Rebana Ketimpring Betawi – Islam merupakan bagian integral dari sejarah dan perkembangan budaya Betawi. Hal ini terlihat jelas dalam salah satu bentuk musik tradisional betawi, yaitu Rebana ketimpring.
Musik yang berusia ratusan tahun sebenarnya lahir dari pengaruh Islam. Lagu dan lirik Rebana Ketimpring banyak bercerita tentang sejarah dan pujian Nabi Muhammad, yang mengutip dalam prosa atau puisi dari buku-buku Arab kuno dari abad ketujuh belas (17) dan kedelapan belas (18).
Ada dua jenis musik Rebana Ketimpring yang dibagi menurut fungsinya, yaitu Rebana Ngarak dan Rebana Maulid. Rebana Ngarak dimainkan dalam sebuah prosesi, seperti saat mengantar pengantin pria dan rombongan ke rumah pengantin wanita. Sedangkan Rebana Maulid umumnya dimainkan untuk mengiringi pembacaan riwayat atau sejarah Nabi Muhammad SAW dalam rangka Maulid Nabi. Dan memang pembacaan riwayat Nabi senantiasa menjadi pendukung utama acara adat seperti khitanan, tujuh bulanan, akeka, pindah rumah dan lain-lain.
Dalam Rebana Ketimpring ada tiga jenis pukulan rebana yang dimainkan, yaitu pukulan rebana tiga, pukulan rebana empat dan pukulan rebana lima. Ketiga pukulan rebana memiliki fungsi penggerak, sehingga biasanya berada di tengah dan dikelilingi oleh tiga pemain rebana dan empat pemain. Syair dan lagunya sendiri sering dinyanyikan oleh ketiga rebana yang sering diikuti oleh masyarakat yang hadir.
Salah satu contoh musik Rebana Ketimpring yang dapat kita dengarkan adalah lagu-lagu yang dinyanyikan sebagian besar terdiri dari tangga nada besar. Namun, di beberapa bagian nada harmonik sekunder dari nada yang sama digunakan.
Nada dasar dari lagu tersebut dinyanyikan menggunakan cengkok seperti yang biasa terdapat pada lagu-lagu dari Timur Tengah, atau yang sering kita dengar bermain gitar gambus, terutama di bagian-bagian yang ingin ditonjolkan seperti awal atau akhir kalimat musik (ungkapan). Ciri lain dari pengucapan lagu ini juga tampak pada penggunaan glissando (Perpindahan) dari satu nada ke nada berikutnya.
Rebana Ketimpring Betawi – Lagu utama yang dimainkan sebenarnya cukup pendek, yaitu 8 bar Part A dan 8 bar Part B. Namun lagu tersebut diulang beberapa kali dengan banyak variasi ritme dan ketukan rebana, termasuk dalam beberapa literasi hanya dinyanyikan tanpa iringan lagu yang dimainkan rebana ketimpring.
Secara ritmis, ketiga rebana dalam Rebana Ketimpring mengambil pola ritmik yang berbeda namun saling terjalin. Di beberapa bagian, ada rebana yang memainkan nada 1/8 dan 1/16 sementara rebana lainnya memainkan nada 1/4 enam kali lipat. Afirmasi ritmik juga dimainkan di beberapa tempat, biasanya pada ketukan upbeat seperti 2-en dan 4-en. Perpaduan ritmis yang agak rumit ini membuat musik Rebana Ketimpring terdengar sangat dinamis dan menarik.
Dengan penggunaan rebana dan lagu-lagu dengan syair Islami, rebana Ketimpring mungkin satu keluarga dengan musik khas Melayu yang banyak berkembang di Sumatera dan Semenanjung, khususnya di daerah-daerah yang secara historis sangat dipengaruhi oleh Islam dan Timur Tengah. Musik ini diadopsi dan dalam perkembangannya menjadi bagian dari ritual dan budaya masyarakat Betawi.
Walaupun dokumentasi musik Rebana Ketimpring yang dapat ditemukan di Internet sangat minim, namun banyak sumber mengatakan bahwa musik ini masih dipelajari dan dimainkan oleh para pemuda Betawi. Kita dapat berasumsi bahwa alasannya adalah karena di era modern ini, budaya santri masih kuat di kalangan pemuda Betawi, terutama dengan banyak pengajian dan perkumpulan yang berbasis Islam. Inilah faktor kuat yang turut menjaga keberadaan Rebana Ketimpring, sebagai bagian dari kekayaan budaya Betawi dan Indonesia.
Pencarian Berdasarkan Kata Kuncihttps://www kebudayaanbetawi com/4818/rebana-ketimpring-betawi/