TRADISI YALIL – Dalam masyarakat nusantara dan masyarakat Betawi pada khususnya, berkembang aneka jenis kesenian. Kesenian itu diturunkan atau diwariskan dari satu generasi ke generasi betikutnya. Jenis-jenis kesenia itu antara lain : seni rupa, seni sastra, seni musik, seni tari, dan seni pertunjukkan atau teater.
Kali ini ingin diuraikan serba singkat salah satu bagian teramat kecil dari seni musik tradisional Betawi. Apakah gerangan? Seni musik ini disebut Seni Yalil. Sebagaimana diketahui bahwa seni musik mengenal dua cabang utama, yaitu instrumentalia dan suara atau vokal. Seni Yalil termasuk seni musik suara atau dalam keadaan tertentu dapat diiringi dengan alat musik (baik alat musik tradisional maupun modern). Dengan kata lain, Seni Yalil merupakan kemampuan seniman musik vokal menampilkan alunan irama dalam berbagai variasi (semangat, melankolik, haru, penuh harapan, dan sebagainya).
Kenapa seni ini dinamakan Yalil? Menurut budayawan Betawi yang juga Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Yahya Andi Saputra, dinamakan Yalil karena seni vokal atau seni suara ini menggunakan kata “yalil”. Apa arti yalil? Tidak ada artinya. Ini hanya lagu pembuka atau intro, disebut juga dengan istilah mawalan. Tetapi anehnya, meski disebut intro, terkadang yalil dibawakan di tengah lagu. Jadi dalam beberapa kasus, yalil tidak harus menjadi intro atau pembuka lagu.
Masyarakat Betawi pada umumnya mengenal Seni Yalil ini saat pelaksanaan ngerudat dalam perkawinanan adat Betawi. Ngerudat adalah mengarak calon pengantin laki-laki menuju rumah calon pengantin perempuan untuk melaksanakan ijab kabul pernikahan. Saat pelaksanaan ngerudat itu biasanya dilengkapi dengan tradisi Nyapun atau Buka Palang pintu. Dalam Buka Palang Pintu ada Seni Yalil.
Seni Yalil mengambil dari irama (kalau pada musik moderen barat disebut notasi atsu busa juga genre musik) seni membaca Quran, yang disebut nagham. Ada enam jenis nagham, yaitu bayyati, nahawand, hijaz, jiharkah, rost, dan sikah. Seni Yalil biasa memakai irama sikah. Irama sikah diucapkan menjadi sikè. Pilihan ini karena irama sikah dianggap paling merdu, melankolik, manja, lembut, dan memunculkan nuansa romantis.
Seni Yalil ini merupakan seni suara murni, maka pelantun atau senimannya pun wajib mempunyai pengetahuan tajwid dan makhraj huruf yang mumpuni. Selain itu memiliki suara yang aduhai jernih bahkan dalam level suara tertinggi. Masa lalu seniman yalil melazimkan puasa, merawat pita suara, dan mantang terhadap beberapa jenis makanan.
TRADISI YALIL – Jenis kesenian ini berkembang karena masyarakat Betawi yang sebagian besar beragama Islam, bahkan menikah bagi orang Betawi merupakan upacara sakral, dimana kedua mempelai dipersatukan oleh suatu janji yang mengikat melalui suatu jawaban sebelum disaksikan oleh wali mempelai wanita. saksi-saksi dari yang diundang oleh kepala perkawinan, menurut norma/ketentuan agama, hukum, dan sosial. Pelaksanaan pernikahan memiliki banyak ragam dan perbedaan di setiap daerah sesuai dengan tradisi suku, agama, budaya, sosial dan ekonomi masing-masing daerah.
Bahkan, ada perbedaan tradisi lama dengan tradisi sekarang, di masa lalu, teriakan dilakukan ketika pengantin pria akan membawa pengantin wanita ke kabinnya atau ke kamarnya. Di zaman sekarang, Yalil digunakan saat pengantin pria hendak memasuki rumah calon pengantin wanita. Hal ini dilakukan oleh pihak mempelai pria secara langsung karena ini merupakan gambaran bahwa calon mempelai pria sudah siap baik lahir maupun batin untuk membangun rumah tangga di kemudian hari. Saat ini bisa dilakukan oleh Ustadz atau tokoh masyarakat.
Ada juga di beberapa kampung di Jakarta seperti di kawasan Mampang Prapatan dan sekitarnya, Yalil di lakukan saat malam majang – majang atau malam ngeracik. Dimana anak2 muda yang membuat pajangan/dekorasi atau hiasan pada tarub/tenda dan puade/pelaminan (Setelah pernikahan menjelang resepsi). Orang tua yang ikut hadir Mereka menamakannya Adu Yalil, ini dilakukan bisa beramai-ramai, lima sampai 6 orang. Adu Yalil diselenggarakan sekedar untuk menghibur tuan rumah shohibul hajat. Setelah itu mereka bermain Rebana Ketimpring melantunkan Sholawat Nabi.
Pencarian Berdasarkan Kata Kuncihttps://www kebudayaanbetawi com/4983/tradisi-yalil-masyarakat-betawi/