Makruf Tukang Sol Sepatu (Bagian 26)

Makruf Tukang Sol Sepatu (Bagian 14)

Pengantar – Di ranah kesenian Betawi ada istilah Tukang Gesah yang tiada lain adalah Tukang Cerita. Pada pertengahan abad ke-19, muncul nama lain yaitu Sohibul Hikayat. Dan memang, ketika itu tumbuh dan dicintai kesenian Sohibul Hikayat ini. Seniman Sohibul Hikayat mendapat apresiasi atau ditanggap pada perhelatan masyarakat Betawi, khususnya untuk memeriahkan keriaan atau hajatan, terutama resepsi perkawinan, khitanan, dan sebagainya.

Rupanya seniman Sohibul Hikayat tidak dapat melayani banyak permintaan, sehingga muncul pengarang atau penyalin cerita hikayat. Kita kenal misalnya Muhammad Bakir yang menyalin dan mengarang cerita hikayat tidak kurang dari 70-an judul. Bakir menyewakan karyanya kepada khalayak. Ini menjelaskan kepada kita bahwa karya Bakir dibacakan di tengah khalayak. Artinya Tukang Gesah tidak lagi berkisah secara lisan cerita yang dihafalnya, tetapi sudah dengan membaca manuskrip karya Bakir.

Dalam novel Nyai Dasima (1896), ada menyebutkan tentang Sohibul Hikayat ini. Dasima yang galau dirayu dan dihibur  Samiun, dengan mengajaknya nonton pertunjukkan Sohibul Hikayat.

Sohibul Hikayat lalu lebih tersebar ke antero wilayah Batavia (masa kolonial) kemudian Jakarta (sesudah kemerdekaan) ketika Haji Ja’far lalu Haji Jaid dilanjutkan putranya ( Haji Ahmad Safyan Jaid) malang melintang ditanggap (sampai disiarkan di radio) membawakan Sohibul Hikayat.

Salah satu judul Sohibul Hikayat yang sering dibawakan oleh Haji Jaid dan Haji Sofyan Jadi adalah Ma’rup Tukang Sol Sepatu. Namun Cerita ini pun sudah ditulis ulang oleh Umar Djamil (PT. Dunia Pustaka Jaya, Tahun 1978), Selamat membaca.

Bagian 14 – Kemudian raja menemui Makruf dan bersabda, “Aku sangat kagum akan kemuliaan budimu. Dan aku bermaksud akan menikahkan engkau dengan putriku, bagaimanakah pendapatmu?”

Makruf menjawab, “Ini adalah kehormatan besar bagi hamba, wahai Tuanku. Bila nanti kafilah hamba datang maka semua harta benda hamba akan hamba jadikan mahar perkawinan hamba dengan putri Tuanku.”

Baginda bersabda, “Janganlah engkau susahkan perkara mahar itu, karena perbendaharaanku berlimpah-limpah serta aku tak membutuhkan apa-apa darimu.

Kemudian diselenggarakannyalah pernikahan Makruf dengan putri disertai pesta perayaan di seluruh kota dengan menabuh bunyi-bunyian serta menyediakan hidangan bermacam-macam makanan.

Makruf duduk berdekatan dengan raja untuk menyaksi kan pertunjukan bermacam-macam hiburan yang aneh. Makruf meminta bendaharawan mengambil emas dan perak yang segera dibagi-bagikan kepada fakir miskin dan penari penari sehingga pada hari itu banyak sekali kekayaan raja yang dihabiskannya. Hati wazir serasa terbakar memendam amarahnya.

Saudagar Ali menggeleng-gelengkan kepala melihat per buatan Makruf lalu ia berkata kepadanya, “Cukuplah engkau menghambur-hamburkan harta saudagar itu, jangalah kau kuras pula kekayaan raja.” Maka ia menjawab, “Peduli apa dengan engkau! Apabila datang kafilah nanti kuganti kerugi an baginda ini berlipat ganda.

Berlangsunglah pesta itu selama empat puluh hari empa puluh malam. Pada hari keempatpuluhsatu diadakanla arak-arakan yang besar, mengarak mempelai dengan iringas raja-raja dan hulubalang. Waktu itu Makruf terus juga mem bagi-bagikan uang kepada orang banyak yang mengeluelkannya. Kemudian ia dibawa orang ke tempat persandingan dengan penganten wanita dan sesudah itu ditutuplah tiral pelaminan sehingga tinggallah mereka berdua saja.

Makruf memukul-mukulkan tangannya di hadapan istrinya menyetakan kekesalan hatinya, “La haula wa la quwwata ila billah!” Maka putri itu bertanya kepadanya, “Apakah yang menyusahkan hati Tuan?”

“Bagaimana aku tak akan susah, sebab ayahmu telah ragu ragu kepadaku dan telah melakukan perbuatan yang keterlaluan?”

Putri itu bertanya pula, “apakah yang telah diperbuat diperbuat ayah hamba kepada Tuan?”

“Baginda mempersatukan aku dengan kamu, padahal barang daganganku belum datang. Sedangkan aku bermaksud akan membagi-bagikan tak kurang dari seratus intan permata yang besar-besar sebagai tanda hormatku kepadamu.”

Putri itu berkata pula kepadanya, “Janganlah Tuan risaukan itu sebab hamba akan bersabar menunggu kedatangan kafilah itu.” (Bersambung)

Check Also

Pengurus LKB Turut Menjadi Juri di FTBI Jawa Banten, Sunda Banten dan Betawi 2024

Pengurus LKB Turut Menjadi Juri di FTBI Jawa Banten, Sunda Banten dan Betawi 2024

kebudayaanbetawi.com Festival Tunas Bahasa Ibu Jawa Banten, Sunda Banten dan Betawi tahun ini digelar di …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *