Pengantar
Ahlan wasahlan syahri Ramadan.
Bulan puasa ini, laman kebudayaanbetawi.com menurunkan artikel berseri hal-ihwal atau sisik melik puasa dalam masyarakat Betawi. Artikel ini ditulis Yahya Andi Saputra, Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Bidang Penelitian dan Pengembangan. Semoga tulisan ini (ditulis dengan gaya bercerita) bermanfaat bagi pembaca dan peminat masala-masalah kebetawian lainnya. Mari kita menyambut bulan suci Ramadan dengan girang. Dengan girang saja, Allah jamin haram jasad kita disentuh api neraka. Semoga ibadah puasa kita menjadi ibadah yang berdampak pada kehidupan sosial sehari-hari. Dampak wata’awanu ‘alal birri wattaqwa dan ketakwaan sosial yang nyata.
Salamat puasa. Raih predikat takwa.
ORANG NANI
Kalo orang Betawi mao puasa di bulan puasa (Ramadan), maka persiapan penyambutan bulan puasa sudah dilakukan jauh-jauh hari. Tergantung profesi orang yang bersangkutan. Orang yang paling dulu inget bulan puasa biasanye orang nani (petani) dan orang dagang (pedagang). Orang nani inilah yang sudah terbiasa dan akrab pada siklus bulan-bulan dan musim dalam setahun. Dia inget dan paham kapan bulan dan musim tanam-menanan, musim hujan, musim panas, musim layangan, musim duren, musim rambutan, musim orang kawin, dan lain-lain. Ingatannya yang kuat itu karena kebiasaan dan kebutuhan hidup. Jika orang nani lupa siklus bulan dan musim, akan rugi dengan sendirinya. Bisa-bisa dandang, kuali dan bakul tengkurep, dapaur enggak ngebul.
Pada umumnye keluarga saye orang nani, maka saya sedikit banyak memahami tradisi orang nani sehari-hari. Babe saya (Haji Rahmat bin Nisin) adalah petani dan peternak. Orang bilang tangannye adem atau asian. Apa yang ditanam dan diternak, umumnya hasilnya bagus. Dia bertani karena memang memiliki sawah dan kebun yang cukup luas. Dia peternak karena memang mahir memelihara ternak, baik ayam, entog (bebek menile), kambing, kebo, sampi, bahkan kuda. Saya ingat Babe memelihara sampai tujuh sampi perah. Saban subuh ada tukang susu yang datang untuk memerah susu. Kuda dipelihara untuk menjadi hewan pengangkut gerobak. Gerobak mangkal di toko matrial (bahan bangunan). Jika ada konsumen belanja bata, batu kali, pasir, kapur, dan lain sebaginya, gerobak itulah yang mengangkut mengantarkannya.
Kalo burung mah dipiara untuk hiburan doang, karena suara atau kicaunya bikin hati adem dan menenangkan. Burung yang dipiara di kurungan antara lain kutilang, perkutut, tekukur, puter, dan lainnya. Burung-burung itu dipiara sejak kecil, sejak ditinggal biangnya di saranng. Memang ada beberapa burung yang dipikat. Dipikat artinya dijebak dengan alat jebakan terbuat dari benang rami dan atau dengan getah nangka yang dibalurkan di dahan dekat sarang. Jika burung hinggap di batang itu, tidak dapat terbang karena kakinya menempel pada getah. Bahkan burung-burung itu sangat jinak. Dilepas dari kurungannya pun tidak terbang jauh. Kalau terbang jauh, pasti akan pulang, masuk ke kurungan dengan sendirinya.
Kembali kepada soal tani-bertani. Untuk menyambut bulan puasa, orang nani sudah memperhitungkan kapan memulai menyemai tanaman. Macam-macam tanaman yang ditanam di sawah maupun di kebun. Pertama-tama dilakukan adalah mempersiapkan bibit atau benih. Biasanya bibit ini disimpan dari panen tahun lalu. Buah yang bongsor atau besar tidak dialap (dipetik) tetapi dibiarkan sampai tua. setelah setengah kering baru dipetik dan disimpan untuk bibit. Karena buah yang bongsor sudah jaminan menjadi bibit yang baik. Bibit ini dilimbang di air. Bibit yang gabug atau kopek akan jelas mengambang di air. Bibit seperti itu dibuang. Bibit yang jemblis atau berisi diangkat dan dijemur kembali.
Persiapan selanjutnya adalah membersihkan tanah dari hama dan menggulik serta menggelibag tanah itu. Jika di sawah, maka harus dibuat galengan terlebih daulu. Galengan untuk menanam ketimun berbeda dengan untuk menanam bayam. Begitu juga galengan untuk menanam ketimun suri berbeda dengan oyong.
Tanaman yang dikhususkan untuk bulan puasa adalah ketimun suri, ketimun, kacang panjang, labu siem, bayam, kangkung, ubi jalan, pisang gepok, pisang tanduk, singkong. Masa tanam tanaman itu, ketimun suri 60-70 hari, ketimun buah 75 hari, kacang panjang 40 hari, labu siem 90 hari, kangkung 40 hari, bayam 30-45 hari, ubi jalar 90 hari, pisang tanduk 12 bulan, singkong 6-8 bulan. Tanaman utama adalah ketimun suri, ketimun buah, singkong, pisang tanduk, dan ubi jalar. Tanaman ini merupakan bahan utama buka puasa dan sahur. Ketimun suri adalah bahan utama membuat es buah untuk buka puasa. Ubi jalar, singkong, dan pisang tanduk bahan utama membuat kolak untuk buka puasa. Ketimun buah bahan utama untuk membuat pecak ketimun untuk sahur. Banyak orang Betawi seolah-olah tersugesti, jika sahur dengan pecak ketimun, maka puasanya tidak terasa haus. Boleh dong kita buktiin!
Hari mulai menanam dihitung benar sehingga jarang meleset. Karena orang nani sudah mengetahui durasi atau lamanya tanaman untuk sampai pada panen. Jika ketimun suri sampai panen memerlukan waktu 60 hari, maka orang nani menaman timun suri pada awal bulan Rajab. Buah timun suri sudah dapat dipanen persis ketika puasa dimulai. Demikian pula tamanan lain ditanam sesuai dengan lamanya sampai masuk waktu panen. Masa kecil saya kerap membantu Babe nyiram, moles galengan, bersihkan hama (terutama kutu, oteng-oteng, dan ulat tanaman) yang sangat mengganggu tanaman. Jika panen, saya sering membantu ngalap, membersihkan, dan mengikat. Bulan puasa bagi orang nani adalah bulan panen. Orang nani yang alim, akan panen dobel. Panen karena hasil tanamannya melimpah, panen karena ibadah dengan baik dan istikomah.
Orang dagang pun menyesuaikan dagangannya. Dia memperbanyak dagangan untuk bulan puasa. Orang dagang sudah menghitung benar apa-apa yang pada umumnya dicari konsumen di bulan puasa. Bagi keluarga yang suka masak, tentu akan membeli bahan mentah, baik bahan untuk buka puasa, makan malam, sahur, dan lain sebagainya. Ada pula orang yang kurang suka masak-memasak, maka ia membeli masakan matang, baik untuk buka puasa, makan malam, dan sahur. Makanan untuk buka puasa pada umumnya adalah kolak (kombinasi ubi, pisang tanduk, kolang-kaling), kue lopis, putu mayang, dan setup. Kurma pun dapat dipastikan selalu tersedia di meja makan. Buka puasa dengan kurma termasuk dianjurkan.
Itu cerita masa lalu. Masa kini, keberkahan bulan puasa semakin nyata. Kita saksikan orang gadang yang berdagang makanan buka puasa muncul seperti jamur musim hujan. Sepanjang jalan di lingkungan kampung atau di depan rumah, orang dagang berjualan aneka penganan untuk berbuka puasa. Berjejer mulai kolak, gorengan tempe tahu, lontong isi, bubur sumsum, cilok, aneka kue basah, aneka sayur, pepes ikan, pepes tahu, dan lain sebagainya. Meskipun ramai berdagang, orang dagang yang berdagang bulan puasa tidak ada yang rugi.
Zaman sekarang anak-anak tujuh sampai 12 tahun mungkin enggak ngalamin apa yang saya alamin. Keindahan masa kecil di tanah Betawi 40 tahun lalu adalah keindahan yang enggak bakal ilang dari ingetan. Okelah op sampe sini dulu. Entar diterusin. Tabè! (Yahya Andi Saputra)