CERITA PUASA ANAK BETAWI
Pengantar
Ahlan wasahlan syahri Ramadan.
Bulan puasa ini, laman www.kebudayaanbetawi.com menurunkan artikel berseri hal-ihwal atau sisik melik puasa dalam masyarakat Betawi. Artikel ini ditulis Yahya Andi Saputra, Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Bidang Penelitian dan Pengembangan. Semoga tulisan ini (ditulis dengan gaya bercerita) bermanfaat bagi pembaca dan peminat masalah-masalah kebetawian lainnya. Mari kita menyambut bulan suci Ramadan dengan girang. Dengan girang saja, Allah jamin haram jasad kita disentuh api neraka. Semoga ibadah puasa kita menjadi ibadah yang berdampak pada kehidupan sosial sehari-hari. Dampak wata’awanu ‘alal birri wattaqwa dan ketakwaan sosial yang nyata.
Salamat puasa. Raih predikat takwa.
MANISAN BERULUK
Kemaren telah dituturkan bagaimana ‘orang dapur’ di tengah ibadah puasa, mulai terbelah konsentrasi kekhusyuannya dengan bayangan kehebohan hari akhir puasa. Godaan demi godaan yang diletupkan memori dari tradisi masa lalu menyeruak atau adir kembali di depan mata. Memori kemeriahan lebaran memunculkan satu demi satu objek atau pendukung utama hari raya. Objek itu meminta perhatian untuk direalisasikan. Sebab salah satu tolok ukur kemeriahan lebaran karena tersajikannya ragam objek itu.
Sebagaimana tuturan objek kemaren yang berkisah tentang melocohin kacang, kerabat lainnya antre berharap dapat segera ditangani. Memori saya kemudian tertuju pada beruluk atau kolangkaling alias buah atep. Saya merasa begitu dekat dengan buah yang berbahasa latin Arenga pinnata ini. Mengapa begitu? Karena waktu kecil saya pernah mengalami (menjadi pembantu) ikut jualan di kios milik Bang Hasan di Pasar Blok A. Bang Hasan ini suami dari sepupu saya, Pok Arijah (suami sitri ini sudah wafat).
Seperti pada umumnya pasar, di Pasar Blok A, penjual beruluk bukan hanya Bang Hasan. Di los belakang yang selalu becek itu berjejer perjual beruluk. Tapi dagangan Bang Hasan selalu ludes lebih dulu. Pukul sepuluh kami sudah pulang. Sementara pedagng lain masih enjentul menunggu pembeli. Dalem pengamatan saya, kualitas beruluk yang dijual Bang Hasan lebih unggul dari penjual lainnya. Boleh dibilang beruluk kelas satu. Tanda dari kualitas unggulan itu dapat dilihat dari warnanya, bening. Tidak ada yang berwarna kusam kekuningan.
Ketika membantu berjualan itu, tugas saya antara lain ngiloin (menimbang dengan kiloan) dan bungkusin. Saya juga tidak pernah bertanya dari mana Bang Hasan belanja beruluk berkualitas prima itu. Biasanya Bang Hasan berangkat belanja sebelum subuh dan pukul enam dagangan sudah ditata.
Bagi masyarakat Betawi, manisan beruluk menjadi salah satu menu utama lebaran. Saya belum mendapat informasi sahih sejak kapan masyarakat Betawi membuat manisan beruluk. Sejak kecil saya sudah biasa menyantap manisan beruluk, khususnya saat lebaran. Saya masih ingat siapa-siapa saja yang manisan beruluknya paling enak. Selain Pok Arijah, Nyak Haji Lam (Salamih) dan Cing Haji Ainun penghasil manisan beruluk berada di papan atas alias kelas premium. Menikmati manisan beruluk di rumah mereka saat lebar, berarti hari itu menjadi hari yag sempurna. Manisan beruluk yang dihasilkan enyak saye, Hajjah Halifah, termasuk enak tetapi masih kalah oleh buatan Pok Arijah. Pok Arijah, karena suaminya pedagang beruluk (Bang Hasan), tentu sudah paham mana beruluk yang pas dibikin manisan. Bening tembus pandang, meskipun diolah dengan pewarnaan (hijau, kuning, merah). Manisan beruluk original (tanpa pewarna) tentu yang paling diminati.
Pernah saya memperhatikan enyak membuat manisan beruluk. Beliau memilih beruluk muda (maksudnya tidak terlalu muda dan tidak tua) yang warnanya bening tembus pandang. Beruluk dicuci bersih di air yang mengalir. Direndam di air beras selama 4 jam agar lendir dan aroma asamnya hilang. Diangkat, dibilas dengan air bersih, dan ditirisin. Lalu didihkan air, masukkan daun jeruk, pandan, dan beruluk. Masukan gula dan pewarna. Dimasak terus sampe air berkurang dan warna meresap. Sirup dijerang ampe rada kentel, takanu (lantas) masukkan beruluk dan diaduk-aduk dengan api kecil hingga air sirupnya habis. Nah, jadi deh. Angkat dan simpan di peles (topes besar) tertutup. Cari aman, masukin kulkas.
Biar kata enyak bikin manisan beruluk, enggak urung keponakannya, Pok Arijah, ngebawain satu peles kecil. Bikinan Pok Arijah inilah yang kita incer. Sering jadi rebutan bahkan enggak keduman. (Yahya Andi Saputra)